Rabu, 27 Maret 2013

Untuk Apa Aku Sekolah

Posted by Unknown | 08.18 Categories: , , ,
Sekolah adalah lembaga pedidikan yang bertujuan memberi pendidikan pada generasi muda, dari mulai kita kecil yaitu play group, TK, SD, SMP, SMA bahkan mencapai perguruan tinggi.

Yang jadi pembahasan saat ini adalah, sudahkah kita benar-benar dapat ilmu dari sekolah kawan...?
Sudahkah kita mengamalkan sepenuhnya dari yang kita dapat di sekolah selama bertahun-tahun lamanya...?
Aku pernah dengar kawan, sekolah hanyalah penjara kebebasan yang dibatasi dengan dua waktu, istirahat dan belajar. Aku tidak mengerti benar apa maksud dari kalimat itu, tapi yang jelas, aku masih bingung harus bagaimana menyikapinya, terkadang aku juga bosan terhadap sekolah yang rasanya sangat suntuk kawan, sedari kecil aku menghadapi buku, guru, pelajaran, bangku, meja, papan tulis, dan lain sebagainya yang sudah tak asing lagi dihadapi kita dalam sekolah. Bosan ! amat bosan !

Terkadang juga aku teramat bosan dengan kehidupan yang seperti ini, seiring berjalanya waktu dan zaman, aku mulai menelisik dan berpikir kritis, dalam sekolah yang monoton dan statis ini, tak ada perubahan yang signifikan atau peruntungan yang setimpal. Aku mulai jenuh teramat dasyat, terlebih jika tak ada eskul yang kuikuti, itu lebih tepatnya penjara dalam kebebasan, meski agak sulit membayangkanya.

Tetapi kawan, jika kita selalu mengikuti hawa napsu dan ambisi pesimis keburukan kita, takan ada habinsya, karena pada dasarnya sifat manusia memang takan ada titik puncak kepuasan, rem yang bisa menghentikan sifat buruk itu hanyalah. . . . .        Bersyukur . . . . .
Ketika dalam perenunganku yang hampir setiap hari, setiap saat, setiap waktu aku terjaga dalam lamunan bisu, kadang aku juga prihatin pada anak yang jutaan orang yang terobsesi ingin sekolah, lantas kenapa aku setengah menyiakan kesempatan baik ini yang dipersembahkan khusus untuku dengan sepenuh jiwa pengorbanan orang tua agar bisa diriku ini menganyam pendidikan tinggi.

Kadang aku ingin putus asa saja, aku ingin bekerja dan pergi sebebas bebasnya mengarungi dunia ini tanpa harus terbelit beban yang dinamakan sekolah, tapi . . . . .
Apakah janji dan cita-citaku masa kecil dulu harus kurusak, ikrar manisku yang terucap dari bibir mungilku dulu. . . . .


" kiki mau sekolah   ! "
" kiki mau jadi orang sukses mah, mau bahagiakan mamah dan bapak ! "

" kiki sekolahnya kelas berapa ? "
" kelas 5  ! "

"  Hahaha, kamu ini !  TK saja belum tiba-tiba bilang kelas 5 "


Yah, aku masih teramat ingat ketika bibirku selalu mengucap kelas 5 kala setiap orang dewasa menanyakan kelas berapa. Meski saat itu aku masih teramat kecil, sekitar 5 tahun usiaku saat itu.
Dalam renunganku di setiap kesempatan, aku ingin menangis, ingin marah, tapi ini terasa tidak karuan, aku teramat takut menghadapi masa depan, akankah aku jadi pahlawan yang kan tertawa bahagia dan puas di akhir setalah perjuangan sekian kala. Ataukah aku hanya akan jadi pecundang yang hanya bisa meratapi penyesalan dari kebodohan masa lalu.


Kucoba ingat kembali, ketika Mamah dan Bapak pertama kali mengajariku menghitung dan membaca, mereka begitu sabar dan telaten sekali, tak kenal lelah, tapi aku suka diajari itu. Aku terus berkembang dan akhirnya bisa membaca, hingga saatnya pertama kali aku bisa dengan lancar membaca, kubaca semua tulisan yang kutemui, sampai rasanya capek batin kala itu, karena semua tulisan yang dimataku kusebut dan kubaca satu persatu tak perduli apapun tulisanya.

Kembali kuterbawa arus negatif dalam diriku, ah ! kenapa harus sekolah, toh mamahku keluar sejak kelas 3 SD masih bisa hidup dan mampu berdiri tegak menghidupiku hingga sebesar ini. Dan banyak orang sukses tanpa ada gelar doktor atau gelar tinggi hasil sekolah mereka berpuluh tahun.
Banyak pula orang mapan yang buta hurup karena sama sekali tidak makan bangku sekolahan.
Cih, sekumpulan hasutan setan mulai mengerumuniku, aku mulai tergiur.
Satu hal yang bisa meledakan pikiran itu, yaitu memikirkan pengorbanan orang tua.

Satu hal yang tidak aku mengerti, zaman sekarang sekolah amat sangat membosankan bagi sebagian besar kalangan pelajar, coba kawan semua tanya pada teman sebaya dengan jujur, apakah mereka merasa bosan atau tidak. Tentu banyak yang menjawab bosan, suntuk, boring, dan sebangsanya.
Tapi, kenapa orang tua selalu memperintahkan kita untuk terus rajin sekolah dan belajar pelajaran memuakan yang membuat otak panassss....?

Jawaban sementara hasil renunganku adalah, pertama sistem pendidikan, kedua perbedaan jaman, ketiga pengawasan dan pencerahan orang tua.

Pertama, sistem pendidikan di Indonesia bila kiki boleh menalar dan menurut survei kiki, bila ditengok beberapa tahun ke belakang sistem pendidikan di negara ini teramat memprihatinkan, sekolah misalnya, seharusnya menjadi tempat yang penuh dengan ilmu pengetahuan, tempat yang menjadi panutan dan pencerahan bagi generasi muda kini hanya isapan jempol belaka, malahan di bidang pendidikan banyak oknum yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan dana pendidikan untuk kepentinganya sendiri.
Hoamz   =_=
Jujur saja, sekolah di jaman ini sudah jarang ada yang benar-benar sekolah mutlak sekolah. Sekolah jaman sekarang juga mengajarkan video porno, kekerasan, rokok, korupsi dan macam hal biadab lainya, kiki tidak ngetik siapa yang mengajarkan hal tersebut dan sekolah mana yang melakukan demikian, tapi secara tidak langsung dari sekolah lah kita mengetahui sedikit banyaknya berbagai hal keji ajaran setan.
iya ?
nggak ?
terserah...

Tapi aku tau semua hal begituan dari sekolah kawan, terkadang aku ingin menyalahkan teman-teman yang memperlihatkan hal semacam itu dulu, tapi mereka takan bertemu denganku tanpa ada sekolah, dan mereka takan sekolah tanpa dorongan dari orang tua, dan begitu seterusnya, aku bingung, siapa yang harus disalahkan.

Lalu aku berbalik memandang diriku sendiri, aku serasa tidak punya tameng untuk itu semua, aku tidak cukup kuat untuk menerima badai topan negatif di sekolah.
Tak sedikit guru yang galak dan tegas, namun tak jarang pula guru yang acuh tak acuh, atas semua keprihatinan ini. Kekacauan ini selalu jadi topik hangat di lamunanku sembari jalani kehidupan, aku masih belum bisa menemukan pencerahan.
Tapi di lain sisi sekolah yang mengenalkanku pada pelajaran, akhlak, sikap, tata tertib, dan semua hal yang berguna untuk hidupku, yah memang semua ada plus mins nya.
Tapi apakah sekolah dulu dan sekarang berbeda...?
Kalaupun berbeda apa yang membuat berbeda....?
Apa dari hal tersebut bisa kita terapkan di jaman ini...?

Pertanyaan selalu menghantuiku....

Sekolah...
oh...
Dulu kala aku kecil, engkau selalu kuidam idamkan, bagaimana rasanya pakai seragam sekolah dan berangkat ke sekolah tanpa pengawasan dari orang tua serasa merpati terbang bebas.
Tapi kini, sekolah hanyalah tuntutan perharinya, yang terkadang setengah hari dalam menjalani ini semua.
Meski ku sudah tau itu tak baik pada diriku nantinya.

Apakah sistem pendidikan di Indonesia dapat menemukan pencerahan.....?
Tawuran antar pelajar.
Sedari SD yang kenal nikotin.
Narkoba beredar dengan bebasnya di kalangan pendidikan.
Sex dan pergaulan bebas tanpa rem yang lebih spesifik.
Moral dan etika pelajar yang sudah tak asing disamakan dengan preman terminal, terkadang bisa lebih buruk dari itu.....

Tetapi kawan, itu semua hanya renunganku belaka, semua terserah padamu kawan...
Kiki hanya ingin berbagi. . . .

Beberapa hal yang kuingat ketika aku mulai malas sekolah,

ingat wajah Mamah dan Bapak saat bekerja keras untuku, bermilyar biaya untuk hidupku, bernewton-newton tenaga dipaksa keluar untuk sesuap nasi dan beberapa peser uang untuk SPP sekolahku, tangisan dan jeritan yang mereka tahan demi membuat senyum pada anaknya agar mereka tetap terlihat baik. Agar anaknya bersemangat dalam menuntut ilmu. Dan berjuta pengorbanan orang tua yang takan berhenti mengalir, sungai amazon pun takan tertandingi aliranya.


Aku hanya bisa memikirkan bagaimana caranya agar kelak mereka tua nanti bisa tersenyum bahagia melihat kesuksesanku dengan puas dan bangga, tanpa ada ganjalan kelak mereka pergi untuk selamanya.
Aku selalu menangis ketika ingat ini.

LEBAY KAH AKU   !?
Kurasa iya   !   Tapi memang begini adanya  !

Aku hanya bisa diam dan mengurus diriku sendiri, tanpa harus berkoar kemana-mana, kujalani ini semua kawan dengan potongan-potongan sikap yang tak menentu.

Terkadang putus asa, terkadang semangat, terkadang bosan, terkadang sadar, terkadang lesu, dan apapun itu.

Hanya dengan membina diriku sendiri tanpa menoleh ke kanan kiri, kurasa hanya itu langkah terbaik yang dapat kuperbuat.

terima kasih kawan.

Sekolah  ^_^















0 comments:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube