Posted by Unknown | 20.28
Categories: HOME, Motivasi Kiki, Renungan Kiki
Pemerintah : Rakyatku
sekalian, kamilah perwakilan kalian dengan segala intelektualitas yang kami
miliki diatas rata-rata orang biasa dan karena alasan itu kami berdiri disini,
mengayomi kalian. Bekerja ekstra dibanding pegawai biasa, otak yang bekerja
lebih dari biasanya, karena itulah yang seharusnya terjadi sebagai rasa
pertanggung jawaban atas apa yang telah kami ucapkan pada sumpah kami untuk
kalian, segenap rakyatku.
Rakyat : Wahai para petinggi bangsa ini, kami mempercayakan segalanya untuk
kalian, doa dan harapan kami cucurkan dengan perahan paling akhir demi
kalianlah yang kami percaya. Tak mengapa kami miskin sementara bila tau besok
memiliki para pemimpin andalan bangsa seperti kalian, kami kira kalian lebih
dari sekedar mampu bila hanya untuk mengindahkan segala keadaan kami dengan
berbagai kemampuan kalian yang selama ini kami puja. Kalianlah cahaya yang
bersahaja dari waktu ke waktu bagai mentari yang memberi cahaya bagi para
makhluk yang memerlukan cahayamu, jasamu para petinggiku.
Pemerintah : Terima kasih atas dukungan kalian, kini kami berada dikursi paling
agung di negeri seribu satu perkara ini. Tunggu... Seribu satu perkara ? Tentu
kami sadar sejak awal memang hanya orang bodoh yang mau menambatkan diri demi
mengurusi seribu satu perkara di bangsa ini yang bahkan mungkin tukang es doger
juga paham, sulit untuk selesai bila hanya dalam jangka waktu 5 tahun atau
lebih lama lagi. Jadi, sekali lagi terima kasih atas dorongan kalian, atas mobil,
rumah, dan segala fasilitas ini, yang bahkan bila kami lebih memilih jadi
perenung nasib sambil berdagang seperti kalian ratusan tahun takan mendapatkan
ini semua secepat ini.
Kami bukan sekedar meminjam hasrat dan asa kalian, tapi kami meminjam semuanya,
mungkin selamanya. Kami akan merampas segalanya, bukankah kalian tahu wahai
rakyatku yang kelaparan ? Hidup ini keras, bila tidak menipu, ya sudah pasti
bodohnya akan kena tipu, saling tampar menampar, berdalih dan berlomba demi
menjadi yang paling diakui dan dianggap benar, bahkan kami sudah tidak tahu
pasti apa itu kebenaran mutlak, untuk itu kami hiasi bangsa ini dengan beribu
aturan tertulis agar terlihat indah dan sebagai kompensasi atas nama “Negara
Hukum”.
Rakyat : Kami juga berterima kasih pada kalian
wahai para petinggi. Tapi ada beberapa hal yang mungkin kalian belum tau, atau
memang cukup bodoh berdiri di bumi indah ini bila hanya untuk menggunakan
umurmu yang berharga tersenyum dihadapan uang laknatmu itu. Kami begini adalah
pilihan kami sendiri, kamilah penikmat hidup yang sesungguhnya, jangan bilang
bahwa kalian lupa bahwa negara ini adalah negara demokrasi ? Baiklah kami
ajarkan sedikit pada kalian otak udang berdasi, dari rakyat, untuk rakyat, oleh
rakyat. Dan akan tetap begitu, karena kalian sebenarnya hanya boneka yang
diindahkan dengan sepotong kain dan pernak-pernik menghias dijasad arogan
kalian. Kamilah sebenarnya pemegang kuasa penuh atas kalian, atas bangsa ini.
Kami memiliki para pendekar buruh disektor jantung industri, kami memiliki
banyak tunas cerdas mahasiswa yang segar dan muda menggelegak daripada tua tak
berguna. Dan satu yang perlu kalian ketahui, tak tersiratkah dipikiran kalian
bahwa betapa saktinya Pancasila hingga saat ini ? Jutaan pelajar di negeri ini
setiap senin hapal dan lantang membaca 5 dasar pondasi pembentuk negeri kokoh
nan indah ini. Dan kalian sempat lupa di hadapan kamera akan 5 bunyi Pancasila
tersebut, kalian itu memang grogi, atau terlalu beratkah lencana-lencana yang
kalian pakai.
Atas dasar apapun, dan betatapun kalian memeras habis harta di negeri ini,
menjual, menjadikan semua sektor di negeri ini jadi sapi kurus sehabis diperah
habis, tapi tangan kami menggenggam erat tak kenal jarak, kami tidak takut
dengan keadaan apapun, kami memiliki kepercayaan penuntun akal sehat, toh sejak
negeri ini lahir kami memang tidak terlalu kaya, namun bahagia adalah pilihan
kami, bukan paksaan kalian yang terlalu pusing gembar-gembor membuat wacana,
tapi tak lain dan tak lebih hanya pepesan busuk basi. Tapi kami di dunia nyata
menyimpan rapih semua seolah tidak terjadi apapun, kamilah rakyat.
Posted by Unknown | 23.56
Categories: HOME, Motivasi Kiki, Renungan Kiki
Aku memiliki banyak pemuja, manusia adalah pemujaku yang paling setia. Mereka
mengejarku dengan berbagai cara, mereka sebegitu ingin mendapatkanku dan
membuang rasa kemanusiaanya, membuang dan menukar segala yang mereka miliki
demi diriku. Mungkin saja dalam pandangan keseharian mereka tidak terlihat
berlutut dan bersujud dihadapanku, tapi hiruk pikuknya dunia, dan banyaknya
perselisihan antar sesama mereka adalah lebih dari cukup bukti bahwa mereka
pemujaku.
Sangat sulit bagi mereka untuk membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan,
sehingga tak tarang mereka menganggapku sebagai segalanya, atau lebih tepatnya
sebagai senjata untuk berperang mendapatkan segalanya. Kekeluargaan, kerukunan,
kebersamaan, tali persaudaraan semua hampir mereka singkirkan demi aku, indah
dan harumku menyesatkan sebagian besar dari mereka.
Dengan jumlahku yang semakin banyak mereka mempergunakanku untuk mendapatkan
wewenang lebih dalam salah satu organisasi panggung politik yang bangsa mereka
miliki, setelah mereka mendapatkan wewenang lebih, lalu mereka berusaha untuk
mendapatkan aku dengan jumlah yang meleibihi diriku sebelumnya. Berkedok
pemimpin, berpakaian rapih, tunggangan gahar dimasa kini yang terlihat apik
dimasa kini tak kurang dan tak lebih terlihat seperti serigala kelaparan
bermandikan air liur dimulutnya, mereka takkan puas bila hanya mendapatkan aku
dengan jumlah sedikit, mereka akan terus memanfaatkan dan mengorbankan
segalanya demi diriku.
Beberapa tokoh politik tersohor di media
yang terkenal terjerat kasus korupsi, nafsu menggebu-gebu dan menggelegak
menutupi akal pikiran mereka, aku yang seharusnya jadi nafas segar bagi
orang-orang yang lebih layak mendapatkan dan mempergunakan aku dengan bijak,
malah mereka sikat habis seperti aji mumpung. Aku sendiri hanya bisa
menggeleng-geleng dan menepuk jidat bila aku makhluk hidup.
Ada yang main bersih dalam bersandiwara, dan ada juga yang main agak kasar
dalam hal mendapatkanku. Mereka rela terlihat seperti ikan lele yang memakan
sesama karena saking kelaparanya, saling menebas leher, anggota tubuh lainya,
melumpuhkan sesama mereka sejadi-jadinya demi kepentingan mereka, apapun bisa
agar aku didapatkan. Bermodalkan nekat bukan kepalang seperti banteng
membabi-buta, perlakuan mereka bahkan sudah tak layak dibilang seorang manusia.
Indonesia rawan begal dimana-mana, dan tidak
kenal waktu entah itu siang, sore, apalagi malam. Dari pisau, pedang, dan
pistol asalkan bisa melumpuhkan dengan cepat korban. Mengingat saat ini bukan
lagi zaman perang, tetapi justru kemungkinan perang antar sesama manusia saat
ini bisa terjadi kapan saja, asalkan aku bisa menyenangkan hasrat mereka.
Bahkan harum wangi diriku bisa merasup pada manusia yang masih berumur jagung
dan muda, mereka ikut terhasut oleh orang dewasa agar ikut dalam komplotan tak
kenal segan dalam bertindak demi diriku. Ingin rasanya aku tertawa, tentu mereka
akan lari terbirit-birit jika aku melakukan itu, jadi aku diam saja. Mungkin
saja mereka terobsesi pada gambar pada tubuhku, yaitu gambar beberapa para
pahlawan dimasa penjajahan dulu, jadi mereka bertindak seolah sedang melawa
penajajah, tapi malah terlihat seperti binatang buas tak bertaring.
Padahal, mereka terlahir tanpa diriku sebenarnya
mereka sudah lebih dari kaya, bahkan konglomerat. Bagaimana tidak ? Mereka
dianugrahi berbagai macam organ yang memiliki fungsi luar biasa, tak ada duanya
bila dibandingkan dengan diriku. Jika saja mereka mengerti dan paham cara
menggunakan potensi dan apa yang mereka miliki, bisa saja malah aku yang datang
dan menghampiri mereka, bukan mereka yang tertatih mengejarku dengan berbagai cara
rumit.
Menjual atau mencuri organ manusia itu
adalah tindakan keji, bahkan kata keji sendiri bisa jadi tidak cukup untuk
mewakilkan tindakan itu hanya karena untuk mendapatkanku, ironi sekali. Mereka
mempreteli tubuh mereka seperti mainan robot, mengganggap sepele dan berpikir
bahwa aku dapat jadi apa saja dan menjadi apa saja bagi mereka, padahal bisa
jadi akulah hambatan dan ancaman paling berbahaya sekalipun mereka memiliki diriku
yang ada di seisi dunia.
Para petinggi membuat permainan dengan bersenjatakan diriku, mereka mengatur
aturan dalam satu lingkup besar di negeri ini. Dengan begitu mudahnya mereka
mengatur sesama mereka dengan keberadaan diriku, saling melecehkan harga diri
sesama mereka dengan nominal yang ada pada diriku. Dan kaum rendah dari
sebagian mereka rela menjual harga diri mereka demi mendapatkan diriku,
semalam, dua malam tak mengapa, asalkan aku ada untuknya dan hadir mencukupi
kebutuhan mereka. Tidakah mereka hanya butuh sehelai kain dan sepotong roti
bila hidup sesederhana yang seharusnya ? tapi tidak sesederhana itu dalam
pikiran mereka. Banyak yang tidak mengucap atau meyakini aku adalah dewa
mereka, tapi perlakuan mereka sejak aku dijadikan alat pembayaran hingga kini
sudah mencerminkan aku adalah dewa mereka.
Perkenalkan, namaku adalah UANG.
Posted by Unknown | 09.20
Categories: HOME, Motivasi Kiki, Renungan Kiki
Sebuah permainan
akan dimulai, dimulai dari pura-pura membuat sebuah negara, tidak lupa beberapa
pulau sebagai penghias agar lebih indah saat dimainkan, tak lupa juga buat
aturan yang banyak agar permainan lebih teratur, dan tentu dalam permainan ini
dibuat banyak pemeran penegak hukum. Dalam permainan ini akan ada banyak
golongan yang bebas menentukan tugasnya masing-masing sesuai masalah yang ada
dalam permainan.
Baiklah!
Aku mau jadi seorang polisi dalam permainan ini.
Oke! Aku mau jadi seorang menteri.
Dan aku presidenya!
Saya jadi penjahatnya ah, biar keren kayak di film dan penuh tantangan!
Kalau saya mau jadi rakyat biasa saja, menikmati dan tinggal demo saja.
Permainan berjalan lancar,
negara dalam permainan ini cukup lengkap dan teratur, memiliki banyak lembaga
penegak aturan, pemimpin, peran antagonis dan rakyat yang kritis. Uniknya,
dalam permainan ini didominasi oleh 3 pemain yang biasa saja mengikuti alur
permainan, sisanya 2 pemain yang sangat jenius, atau mungkin bisa dibilang
kelewat jenius.
Orang
pertama, si Presiden :
Saya
ingin jadi pemimpin yang keren di permainan ini, mengatur rakyat dan
menaunginya. Tapi tunggu, lama kelamaan kok aku sering dicemooh rakyat sendiri
ya? Bukanya seorang presiden adalah orang paling berpengaruh dan dapat mengatur
rakyat semaunya? Bahkan aku sering diatur oleh menteriku sendiri, mereka kan
hanya membantu aku untuk mengurusi segala urusan sesuai peranku dalam permainan
ini, aku makin tidak berdaya.
Orang kedua, si Menteri :
Saya yang membuat permainan ini sejak awal dan lagi saya pula yang mengerti
semua watak mereka, hehe mereka takkan menyangka saya hanya berperan sebagai
seorang menteri di permainan ini, mereka akan berpikir bahwa Presidenlah yang
akan paling berpengaruh dijalanya permainan berlangsung. Sengaja saya tidak
memilih peran Presiden agar tidak terlalu mencolok dan dicurigai karena peran
yang paling dianggap berpengaruh, dan sayapun akan ketahuan bila memiliki
rencana brilian ini. Jika saya sengaja menjadi penjahat dalam permainan ini,
tentu permainan akan cepat selesai, sungguh nikmat, menikmati permainan ini
sesuai apa yang ada dalam pikiran saya, mereka takan pernah tau. Biarkan saja
dulu mereka menikmati peran mereka masing-masing, agar diakhir permainan mereka
tau, siapa yang paling mau berpikir selangkah lebih maju. Siapa mengira, cara
modern maling masa kini adalah menjadi polisi dan tinggal di pangkalan polisi,
tempat paling terakhir atau mungkin tidak akan pernah jadi tempat penggrebekan
razia maling dalam permainan ini. Indahnya...
Orang ketiga, si Polisi :
Bodohnya si Menteri hahaha. Dia pikir aku tak mengetahui segala rencana dibalik
semua ini, permainan konyol macam ini hanya akan berjalan lancar, iya cukup
lancar bila hanya dimainkan anak-anak dibawah usia 7 tahun. Bagaimana bisa dia
tertawa puas dalam hati itu, saya bisa mendengar terbahak-bahak dan puasnya
hati si Menteri, dan lihat saja nanti. Dia pikir dapat dengan mudah mengakhiri
permainan ini sesuai dengan apa yang ada di dalam otak kalengnya itu. Saya
cukup paham betul siapa si Menteri sesungguhnya dalam diamku selama ini. Saya
sangat beruntung, bisa jadi seorang Polisi bercitra baik dalam permainan ini,
saat permainan ini hampir klimaks, saat semua hampir terbongkar aku tak perlu
khawatir, karena sang Menterilah yang akan menerima hukuman dan cercaan dari
yang lainya, karena takkan pernah seorang Polisi melakukan sesuatu tanpa
suruhan Menteri di permainan ini, mudahnya diri ini akan bersembunyi dibalik
alibi besar berkat kebodohanya yang aku kagumi selama ini. Haha
Orang
keempat, si Rakyat :
Permainan ini sangat seru, menyenangkan, dan aku menikmati sisi rumit dari
permainan ini. Aku mulai banyak belajar dan sedikit tau tentang dunia dari
permainan ini, hingga aku mulai sadar akan hal meriah yang para peran petinggi
dalam permainan ini yang direncanakan. Tapi aku harus bersabar, menunggu dan
sabar. Perlihatkan saja siapa aku yang dulu saat permainan baru dimulai, atau
sebut saja betapa bodoh diriku hingga mereka terlena akan itu. Mereka cukup
jenius, cerdik dan pintar. Mereka begitu lihai dan jago dalam banyak hal, tapi
kecerdasan mereka membutakan segalanya melebihi cinta yang diperibahasakan
dapat membutakan segalanya, ternyata kecerdasan mereka akan berujung na’as.
Melalaikan mereka dalam berbagai hal, mereka terlalu bangga pada peran mereka,
yang jelas ini hanya permainan dan kita seharusnya sama-sama tau akan ada ekor
permainan. Dan mereka tak sadar, bahwa yang berproses dan banyak belajar akan
lebih cepat berkembang dan meraih, daripada diam ditempat dan mempertahankan
satu hal yang tak berubah-ubah sama sekali, dan mereka membanggakan itu. Ironi.
Orang kelima, si Penjahat :
Permainan ini, sungguh memuakan. Aku telah bosan dengan kehidupan nyata, dan
belajar juga tau akan banyak hal, karena itu aku memilih peran penjahat dan
berpikir bahwa hanya disini aku dapat menjadi jahat selagi tau ini semua hanya
drama dan berakhir. Tapi ada apa dengan mereka itu, bangga dan tersenyum manis
seakan semua ada dalam skenario murahan ala klasik gerilya zaman penjajahan
Belanda. Siapa aku ? Tentu orang yang sudah berpengalaman di dunia sebenarnya
dan sedikit banyaknya mengetahui apa yang ada di dunia sesungguhnya daripada
memukul dada dengan bangga, membanggakan beton mainan dan menginjaknya seolah
takkan runtuh, lihat apa ini? Mereka mencoba melawak di hadapanku ataukah
memang tak cukup pintar untuk meresapi bagaimana semua hal bergulir disekitar
usia mereka yang menua. Saya ikuti saja mau mereka, dan diakhir permainan saya
pikir bukan diri sayalah yang pantas saya bawa pergi dan tolong terlebih dahulu,
tapi orang yang benar-benar tak banyak belajar dari permainan ini dan dunia
nyata. Kutunggu itu.
Posted by Unknown | 11.37
Categories: HOME, Motivasi Kiki, Renungan Kiki
Itu ponsel
genggamu bisa lebih kuno tidak ? Saya tau kamu tidak miskin dan tidak susah
bila hanya untuk membeli ponsel yang jauh lebih bagus, dasar orang bodoh dan
pelit pada hidup sendiri ya begitu, percuma saja kamu bekerja dan mendapatkan
hasil berlimpah tapi masih saja kolot. Terlalu!
Untuk apa kamu mempertahankan wanita seperti dia ? Untuk menghargai jeripayah
kamu saja sulit, lantas apa harga yang bisa kamu dapat saat bersama dia.
Hidupmu terlihat makin sia-sia bila hanya untuk menjalani dan bertahan
denganya, yang mungkin bisa saja kamu mendapatkan wanita jauh lebih baik dari
dirinya. Kata sinting dan orang kalap kurang makan tak cukup menggambarkan
bagaimana gilanya perasaan kamu padanya saat ini.
Sudah kepala tiga masih saja terjebak dalam dunia khayalan tidak nyata, waktu
yang kau habiskan untuk mengurusi apa yang tidak nyata itu tak kurang dari
harga sampah loakan. Sia-sialah masa hidupmu saat bermain game itu, cobalah
sedikit berpikir waras dan dapatkan jawaban atas pertanyaan mengenai hal baik
apa saja yang bisa kamu dapatkan dari bermain dan berkecimpung di dunia semu
itu ? Mungkin saya sia-sia berbicara soal ini, enyahlah dalam kekonyolanmu itu,
aku tak peduli lagi.
Kenyamanan
dan kemampuan saya dalam memakai ponsel kuno ini sama seperti kamu memakai
ponsel terbaru yang kamu banggakan itu. Ini adalah ponsel pertama yang saya
miliki dengan jeripayah saya dan menemani karir saya, ketimbang ponsel
terbarumu yang didapat dari hadiah orang tuamu, bisa jadi paksaan dan
tuntutanmu ponsel itu ada dan hanya jadi sekedar bahan kebanggaan yang justru
nilai gunanya jauh lebih busuk dari ponsel kuno miliku yang kamu kutuk setiap
hari dari mulutmu yang takan pernah bercermin.
Dialah satu-satunya orang sekaligus kekasihku yang tidak pernah mengeluhkan
apapun soal kekurangan diriku, bahkan ribuan kata busuk orang lain tentangkupun
dia tak percaya. Pernah pula ku berdekatan dengan wanita yang zaman ini bilang
wanita aduhai dan mendekati sempurna, atau tidak sama sekali, bagaimana tidak,
jauh dari tutur lembut dan wajah yang memancarkan kecantikan seperti dia, tak
kurang dan tak lebih menghargai dirinya sendiri dan hubungan yang dijalaninya
dengan beberapa lembar uang, membandrol asa dan hasrat setiap insan yang dekat
denganya dengan kompensasi lembaran bernominal. Ataukah kamu memang lebih
memberatkan diri pada gengsi di zaman ini, hingga rela membohongi diri dan
memberikan saya cemoohan mengenai wanita yang saya
perjuangkan mati-matian dan memilih
wanita berbibir merah merona semacam lintah busuk yang menghisap banyak uang
bagai darah segar tak sadar akan mati kekenyangan seperti harga dirinya yang
telah lama mati juga ? Namun jika memang kamu mencintai dia dengan tulus,
mengapa kamu masih mengoceh dan bertanya mengapa saya masih memperjuangkan
wanita itu ? Jangan pura-pura bodoh, karena saat jadi bodoh sungguhan gejalanya
seperti kamu.
Dari game yang kamu anggap busuk ini, saya mengerti bagaimana rumitnya komponen
komputer. Dari game berisikan kesia-siaan yang kamu sebut ini, setidaknya saya
masih mengontrol diri dirumah dan merasakan hangatnya suasana keluarga dalam
rumah. Dari game pembuang waktu paling berharga yang kamu sebut tadi,
setidaknya game ini membuang waktu saya untuk mengerti situasi dan keadaan
dunia saat ini melalui obrolan sesama pemain game ini. Sedangkan kamu memaksa
orang tua membeli komputer dengan spesifikasi tinggi, saat komputer itu rusak,
kamu tetap bergantung pada tukang servis. Kesia-siaan mana yang kamu maksud ?
Bermain game dibawah pengawasan keluarga dan kebersamaan dirumah, atau setiap
hari menyusuri jalan dengan knalpot bersuara kambing disembelih milikmu yang
merusak gendang telinga masyarakat yang kau sebut keren dimasa kini ? Saya
sempat berdoa untuk sesama saya yang berada dibelahan bumi sana yang keadaanya
jauh lebih bersahabat dengan rudal dan peluru setiap harinya, apa ? negara mana
? bukankah kamu punya waktu untuk mengoceh soal saya ?