Jumat, 05 Februari 2016

Harmonisya Rakyat dan Pemerintah

Posted by Unknown | 20.28 Categories: , ,
Pemerintah : Rakyatku sekalian, kamilah perwakilan kalian dengan segala intelektualitas yang kami miliki diatas rata-rata orang biasa dan karena alasan itu kami berdiri disini, mengayomi kalian. Bekerja ekstra dibanding pegawai biasa, otak yang bekerja lebih dari biasanya, karena itulah yang seharusnya terjadi sebagai rasa pertanggung jawaban atas apa yang telah kami ucapkan pada sumpah kami untuk kalian, segenap rakyatku.

Rakyat : Wahai para petinggi bangsa ini, kami mempercayakan segalanya untuk kalian, doa dan harapan kami cucurkan dengan perahan paling akhir demi kalianlah yang kami percaya. Tak mengapa kami miskin sementara bila tau besok memiliki para pemimpin andalan bangsa seperti kalian, kami kira kalian lebih dari sekedar mampu bila hanya untuk mengindahkan segala keadaan kami dengan berbagai kemampuan kalian yang selama ini kami puja. Kalianlah cahaya yang bersahaja dari waktu ke waktu bagai mentari yang memberi cahaya bagi para makhluk yang memerlukan cahayamu, jasamu para petinggiku.

Pemerintah : Terima kasih atas dukungan kalian, kini kami berada dikursi paling agung di negeri seribu satu perkara ini. Tunggu... Seribu satu perkara ? Tentu kami sadar sejak awal memang hanya orang bodoh yang mau menambatkan diri demi mengurusi seribu satu perkara di bangsa ini yang bahkan mungkin tukang es doger juga paham, sulit untuk selesai bila hanya dalam jangka waktu 5 tahun atau lebih lama lagi. Jadi, sekali lagi terima kasih atas dorongan kalian, atas mobil, rumah, dan segala fasilitas ini, yang bahkan bila kami lebih memilih jadi perenung nasib sambil berdagang seperti kalian ratusan tahun takan mendapatkan ini semua secepat ini.
Kami bukan sekedar meminjam hasrat dan asa kalian, tapi kami meminjam semuanya, mungkin selamanya. Kami akan merampas segalanya, bukankah kalian tahu wahai rakyatku yang kelaparan ? Hidup ini keras, bila tidak menipu, ya sudah pasti bodohnya akan kena tipu, saling tampar menampar, berdalih dan berlomba demi menjadi yang paling diakui dan dianggap benar, bahkan kami sudah tidak tahu pasti apa itu kebenaran mutlak, untuk itu kami hiasi bangsa ini dengan beribu aturan tertulis agar terlihat indah dan sebagai kompensasi atas nama “Negara Hukum”.



Rakyat : Kami juga berterima kasih pada kalian wahai para petinggi. Tapi ada beberapa hal yang mungkin kalian belum tau, atau memang cukup bodoh berdiri di bumi indah ini bila hanya untuk menggunakan umurmu yang berharga tersenyum dihadapan uang laknatmu itu. Kami begini adalah pilihan kami sendiri, kamilah penikmat hidup yang sesungguhnya, jangan bilang bahwa kalian lupa bahwa negara ini adalah negara demokrasi ? Baiklah kami ajarkan sedikit pada kalian otak udang berdasi, dari rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat. Dan akan tetap begitu, karena kalian sebenarnya hanya boneka yang diindahkan dengan sepotong kain dan pernak-pernik menghias dijasad arogan kalian. Kamilah sebenarnya pemegang kuasa penuh atas kalian, atas bangsa ini. Kami memiliki para pendekar buruh disektor jantung industri, kami memiliki banyak tunas cerdas mahasiswa yang segar dan muda menggelegak daripada tua tak berguna. Dan satu yang perlu kalian ketahui, tak tersiratkah dipikiran kalian bahwa betapa saktinya Pancasila hingga saat ini ? Jutaan pelajar di negeri ini setiap senin hapal dan lantang membaca 5 dasar pondasi pembentuk negeri kokoh nan indah ini. Dan kalian sempat lupa di hadapan kamera akan 5 bunyi Pancasila tersebut, kalian itu memang grogi, atau terlalu beratkah lencana-lencana yang kalian pakai.

Atas dasar apapun, dan betatapun kalian memeras habis harta di negeri ini, menjual, menjadikan semua sektor di negeri ini jadi sapi kurus sehabis diperah habis, tapi tangan kami menggenggam erat tak kenal jarak, kami tidak takut dengan keadaan apapun, kami memiliki kepercayaan penuntun akal sehat, toh sejak negeri ini lahir kami memang tidak terlalu kaya, namun bahagia adalah pilihan kami, bukan paksaan kalian yang terlalu pusing gembar-gembor membuat wacana, tapi tak lain dan tak lebih hanya pepesan busuk basi. Tapi kami di dunia nyata menyimpan rapih semua seolah tidak terjadi apapun, kamilah rakyat.

Rabu, 03 Februari 2016


Aku memiliki banyak pemuja, manusia adalah pemujaku yang paling setia. Mereka mengejarku dengan berbagai cara, mereka sebegitu ingin mendapatkanku dan membuang rasa kemanusiaanya, membuang dan menukar segala yang mereka miliki demi diriku. Mungkin saja dalam pandangan keseharian mereka tidak terlihat berlutut dan bersujud dihadapanku, tapi hiruk pikuknya dunia, dan banyaknya perselisihan antar sesama mereka adalah lebih dari cukup bukti bahwa mereka pemujaku.

Sangat sulit bagi mereka untuk membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan, sehingga tak tarang mereka menganggapku sebagai segalanya, atau lebih tepatnya sebagai senjata untuk berperang mendapatkan segalanya. Kekeluargaan, kerukunan, kebersamaan, tali persaudaraan semua hampir mereka singkirkan demi aku, indah dan harumku menyesatkan sebagian besar dari mereka.

Dengan jumlahku yang semakin banyak mereka mempergunakanku untuk mendapatkan wewenang lebih dalam salah satu organisasi panggung politik yang bangsa mereka miliki, setelah mereka mendapatkan wewenang lebih, lalu mereka berusaha untuk mendapatkan aku dengan jumlah yang meleibihi diriku sebelumnya. Berkedok pemimpin, berpakaian rapih, tunggangan gahar dimasa kini yang terlihat apik dimasa kini tak kurang dan tak lebih terlihat seperti serigala kelaparan bermandikan air liur dimulutnya, mereka takkan puas bila hanya mendapatkan aku dengan jumlah sedikit, mereka akan terus memanfaatkan dan mengorbankan segalanya demi diriku.

Beberapa tokoh politik tersohor di media yang terkenal terjerat kasus korupsi, nafsu menggebu-gebu dan menggelegak menutupi akal pikiran mereka, aku yang seharusnya jadi nafas segar bagi orang-orang yang lebih layak mendapatkan dan mempergunakan aku dengan bijak, malah mereka sikat habis seperti aji mumpung. Aku sendiri hanya bisa menggeleng-geleng dan menepuk jidat bila aku makhluk hidup.

Ada yang main bersih dalam bersandiwara, dan ada juga yang main agak kasar dalam hal mendapatkanku. Mereka rela terlihat seperti ikan lele yang memakan sesama karena saking kelaparanya, saling menebas leher, anggota tubuh lainya, melumpuhkan sesama mereka sejadi-jadinya demi kepentingan mereka, apapun bisa agar aku didapatkan. Bermodalkan nekat bukan kepalang seperti banteng membabi-buta, perlakuan mereka bahkan sudah tak layak dibilang seorang manusia.
Indonesia rawan begal dimana-mana, dan tidak kenal waktu entah itu siang, sore, apalagi malam. Dari pisau, pedang, dan pistol asalkan bisa melumpuhkan dengan cepat korban. Mengingat saat ini bukan lagi zaman perang, tetapi justru kemungkinan perang antar sesama manusia saat ini bisa terjadi kapan saja, asalkan aku bisa menyenangkan hasrat mereka. Bahkan harum wangi diriku bisa merasup pada manusia yang masih berumur jagung dan muda, mereka ikut terhasut oleh orang dewasa agar ikut dalam komplotan tak kenal segan dalam bertindak demi diriku. Ingin rasanya aku tertawa, tentu mereka akan lari terbirit-birit jika aku melakukan itu, jadi aku diam saja. Mungkin saja mereka terobsesi pada gambar pada tubuhku, yaitu gambar beberapa para pahlawan dimasa penjajahan dulu, jadi mereka bertindak seolah sedang melawa penajajah, tapi malah terlihat seperti binatang buas tak bertaring.

Padahal, mereka terlahir tanpa diriku sebenarnya mereka sudah lebih dari kaya, bahkan konglomerat. Bagaimana tidak ? Mereka dianugrahi berbagai macam organ yang memiliki fungsi luar biasa, tak ada duanya bila dibandingkan dengan diriku. Jika saja mereka mengerti dan paham cara menggunakan potensi dan apa yang mereka miliki, bisa saja malah aku yang datang dan menghampiri mereka, bukan mereka yang tertatih mengejarku dengan berbagai cara rumit.

Menjual atau mencuri organ manusia itu adalah tindakan keji, bahkan kata keji sendiri bisa jadi tidak cukup untuk mewakilkan tindakan itu hanya karena untuk mendapatkanku, ironi sekali. Mereka mempreteli tubuh mereka seperti mainan robot, mengganggap sepele dan berpikir bahwa aku dapat jadi apa saja dan menjadi apa saja bagi mereka, padahal bisa jadi akulah hambatan dan ancaman paling berbahaya sekalipun mereka memiliki diriku yang ada di seisi dunia.

Para petinggi membuat permainan dengan bersenjatakan diriku, mereka mengatur aturan dalam satu lingkup besar di negeri ini. Dengan begitu mudahnya mereka mengatur sesama mereka dengan keberadaan diriku, saling melecehkan harga diri sesama mereka dengan nominal yang ada pada diriku. Dan kaum rendah dari sebagian mereka rela menjual harga diri mereka demi mendapatkan diriku, semalam, dua malam tak mengapa, asalkan aku ada untuknya dan hadir mencukupi kebutuhan mereka. Tidakah mereka hanya butuh sehelai kain dan sepotong roti bila hidup sesederhana yang seharusnya ? tapi tidak sesederhana itu dalam pikiran mereka. Banyak yang tidak mengucap atau meyakini aku adalah dewa mereka, tapi perlakuan mereka sejak aku dijadikan alat pembayaran hingga kini sudah mencerminkan aku adalah dewa mereka.
Perkenalkan, namaku adalah UANG.

Selasa, 02 Februari 2016

MARI BERMAIN

Posted by Unknown | 09.20 Categories: , ,
Sebuah permainan akan dimulai, dimulai dari pura-pura membuat sebuah negara, tidak lupa beberapa pulau sebagai penghias agar lebih indah saat dimainkan, tak lupa juga buat aturan yang banyak agar permainan lebih teratur, dan tentu dalam permainan ini dibuat banyak pemeran penegak hukum. Dalam permainan ini akan ada banyak golongan yang bebas menentukan tugasnya masing-masing sesuai masalah yang ada dalam permainan.

Baiklah! Aku mau jadi seorang polisi dalam permainan ini.
Oke! Aku mau jadi seorang menteri.
Dan aku presidenya!
Saya jadi penjahatnya ah, biar keren kayak di film dan penuh tantangan!
Kalau saya mau jadi rakyat biasa saja, menikmati dan tinggal demo saja.

Permainan berjalan lancar, negara dalam permainan ini cukup lengkap dan teratur, memiliki banyak lembaga penegak aturan, pemimpin, peran antagonis dan rakyat yang kritis. Uniknya, dalam permainan ini didominasi oleh 3 pemain yang biasa saja mengikuti alur permainan, sisanya 2 pemain yang sangat jenius, atau mungkin bisa dibilang kelewat jenius.

Orang pertama, si Presiden :
Saya ingin jadi pemimpin yang keren di permainan ini, mengatur rakyat dan menaunginya. Tapi tunggu, lama kelamaan kok aku sering dicemooh rakyat sendiri ya? Bukanya seorang presiden adalah orang paling berpengaruh dan dapat mengatur rakyat semaunya? Bahkan aku sering diatur oleh menteriku sendiri, mereka kan hanya membantu aku untuk mengurusi segala urusan sesuai peranku dalam permainan ini, aku makin tidak berdaya.

Orang kedua, si Menteri :
Saya yang membuat permainan ini sejak awal dan lagi saya pula yang mengerti semua watak mereka, hehe mereka takkan menyangka saya hanya berperan sebagai seorang menteri di permainan ini, mereka akan berpikir bahwa Presidenlah yang akan paling berpengaruh dijalanya permainan berlangsung. Sengaja saya tidak memilih peran Presiden agar tidak terlalu mencolok dan dicurigai karena peran yang paling dianggap berpengaruh, dan sayapun akan ketahuan bila memiliki rencana brilian ini. Jika saya sengaja menjadi penjahat dalam permainan ini, tentu permainan akan cepat selesai, sungguh nikmat, menikmati permainan ini sesuai apa yang ada dalam pikiran saya, mereka takan pernah tau. Biarkan saja dulu mereka menikmati peran mereka masing-masing, agar diakhir permainan mereka tau, siapa yang paling mau berpikir selangkah lebih maju. Siapa mengira, cara modern maling masa kini adalah menjadi polisi dan tinggal di pangkalan polisi, tempat paling terakhir atau mungkin tidak akan pernah jadi tempat penggrebekan razia maling dalam permainan ini. Indahnya...

Orang ketiga, si Polisi :
Bodohnya si Menteri hahaha. Dia pikir aku tak mengetahui segala rencana dibalik semua ini, permainan konyol macam ini hanya akan berjalan lancar, iya cukup lancar bila hanya dimainkan anak-anak dibawah usia 7 tahun. Bagaimana bisa dia tertawa puas dalam hati itu, saya bisa mendengar terbahak-bahak dan puasnya hati si Menteri, dan lihat saja nanti. Dia pikir dapat dengan mudah mengakhiri permainan ini sesuai dengan apa yang ada di dalam otak kalengnya itu. Saya cukup paham betul siapa si Menteri sesungguhnya dalam diamku selama ini. Saya sangat beruntung, bisa jadi seorang Polisi bercitra baik dalam permainan ini, saat permainan ini hampir klimaks, saat semua hampir terbongkar aku tak perlu khawatir, karena sang Menterilah yang akan menerima hukuman dan cercaan dari yang lainya, karena takkan pernah seorang Polisi melakukan sesuatu tanpa suruhan Menteri di permainan ini, mudahnya diri ini akan bersembunyi dibalik alibi besar berkat kebodohanya yang aku kagumi selama ini. Haha
Orang keempat, si Rakyat :
Permainan ini sangat seru, menyenangkan, dan aku menikmati sisi rumit dari permainan ini. Aku mulai banyak belajar dan sedikit tau tentang dunia dari permainan ini, hingga aku mulai sadar akan hal meriah yang para peran petinggi dalam permainan ini yang direncanakan. Tapi aku harus bersabar, menunggu dan sabar. Perlihatkan saja siapa aku yang dulu saat permainan baru dimulai, atau sebut saja betapa bodoh diriku hingga mereka terlena akan itu. Mereka cukup jenius, cerdik dan pintar. Mereka begitu lihai dan jago dalam banyak hal, tapi kecerdasan mereka membutakan segalanya melebihi cinta yang diperibahasakan dapat membutakan segalanya, ternyata kecerdasan mereka akan berujung na’as. Melalaikan mereka dalam berbagai hal, mereka terlalu bangga pada peran mereka, yang jelas ini hanya permainan dan kita seharusnya sama-sama tau akan ada ekor permainan. Dan mereka tak sadar, bahwa yang berproses dan banyak belajar akan lebih cepat berkembang dan meraih, daripada diam ditempat dan mempertahankan satu hal yang tak berubah-ubah sama sekali, dan mereka membanggakan itu. Ironi.

Orang kelima, si Penjahat :
Permainan ini, sungguh memuakan. Aku telah bosan dengan kehidupan nyata, dan belajar juga tau akan banyak hal, karena itu aku memilih peran penjahat dan berpikir bahwa hanya disini aku dapat menjadi jahat selagi tau ini semua hanya drama dan berakhir. Tapi ada apa dengan mereka itu, bangga dan tersenyum manis seakan semua ada dalam skenario murahan ala klasik gerilya zaman penjajahan Belanda. Siapa aku ? Tentu orang yang sudah berpengalaman di dunia sebenarnya dan sedikit banyaknya mengetahui apa yang ada di dunia sesungguhnya daripada memukul dada dengan bangga, membanggakan beton mainan dan menginjaknya seolah takkan runtuh, lihat apa ini? Mereka mencoba melawak di hadapanku ataukah memang tak cukup pintar untuk meresapi bagaimana semua hal bergulir disekitar usia mereka yang menua. Saya ikuti saja mau mereka, dan diakhir permainan saya pikir bukan diri sayalah yang pantas saya bawa pergi dan tolong terlebih dahulu, tapi orang yang benar-benar tak banyak belajar dari permainan ini dan dunia nyata. Kutunggu itu.

Senin, 01 Februari 2016

Itu ponsel genggamu bisa lebih kuno tidak ? Saya tau kamu tidak miskin dan tidak susah bila hanya untuk membeli ponsel yang jauh lebih bagus, dasar orang bodoh dan pelit pada hidup sendiri ya begitu, percuma saja kamu bekerja dan mendapatkan hasil berlimpah tapi masih saja kolot. Terlalu! Untuk apa kamu mempertahankan wanita seperti dia ? Untuk menghargai jeripayah kamu saja sulit, lantas apa harga yang bisa kamu dapat saat bersama dia. Hidupmu terlihat makin sia-sia bila hanya untuk menjalani dan bertahan denganya, yang mungkin bisa saja kamu mendapatkan wanita jauh lebih baik dari dirinya. Kata sinting dan orang kalap kurang makan tak cukup menggambarkan bagaimana gilanya perasaan kamu padanya saat ini. Sudah kepala tiga masih saja terjebak dalam dunia khayalan tidak nyata, waktu yang kau habiskan untuk mengurusi apa yang tidak nyata itu tak kurang dari harga sampah loakan. Sia-sialah masa hidupmu saat bermain game itu, cobalah sedikit berpikir waras dan dapatkan jawaban atas pertanyaan mengenai hal baik apa saja yang bisa kamu dapatkan dari bermain dan berkecimpung di dunia semu itu ? Mungkin saya sia-sia berbicara soal ini, enyahlah dalam kekonyolanmu itu, aku tak peduli lagi.

Kenyamanan dan kemampuan saya dalam memakai ponsel kuno ini sama seperti kamu memakai ponsel terbaru yang kamu banggakan itu. Ini adalah ponsel pertama yang saya miliki dengan jeripayah saya dan menemani karir saya, ketimbang ponsel terbarumu yang didapat dari hadiah orang tuamu, bisa jadi paksaan dan tuntutanmu ponsel itu ada dan hanya jadi sekedar bahan kebanggaan yang justru nilai gunanya jauh lebih busuk dari ponsel kuno miliku yang kamu kutuk setiap hari dari mulutmu yang takan pernah bercermin.

Dialah satu-satunya orang sekaligus kekasihku yang tidak pernah mengeluhkan apapun soal kekurangan diriku, bahkan ribuan kata busuk orang lain tentangkupun dia tak percaya. Pernah pula ku berdekatan dengan wanita yang zaman ini bilang wanita aduhai dan mendekati sempurna, atau tidak sama sekali, bagaimana tidak, jauh dari tutur lembut dan wajah yang memancarkan kecantikan seperti dia, tak kurang dan tak lebih menghargai dirinya sendiri dan hubungan yang dijalaninya dengan beberapa lembar uang, membandrol asa dan hasrat setiap insan yang dekat denganya dengan kompensasi lembaran bernominal. Ataukah kamu memang lebih memberatkan diri pada gengsi di zaman ini, hingga rela membohongi diri dan memberikan saya cemoohan mengenai wanita yang saya
 perjuangkan mati-matian dan memilih wanita berbibir merah merona semacam lintah busuk yang menghisap banyak uang bagai darah segar tak sadar akan mati kekenyangan seperti harga dirinya yang telah lama mati juga ? Namun jika memang kamu mencintai dia dengan tulus, mengapa kamu masih mengoceh dan bertanya mengapa saya masih memperjuangkan wanita itu ? Jangan pura-pura bodoh, karena saat jadi bodoh sungguhan gejalanya seperti kamu.

Dari game yang kamu anggap busuk ini, saya mengerti bagaimana rumitnya komponen komputer. Dari game berisikan kesia-siaan yang kamu sebut ini, setidaknya saya masih mengontrol diri dirumah dan merasakan hangatnya suasana keluarga dalam rumah. Dari game pembuang waktu paling berharga yang kamu sebut tadi, setidaknya game ini membuang waktu saya untuk mengerti situasi dan keadaan dunia saat ini melalui obrolan sesama pemain game ini. Sedangkan kamu memaksa orang tua membeli komputer dengan spesifikasi tinggi, saat komputer itu rusak, kamu tetap bergantung pada tukang servis. Kesia-siaan mana yang kamu maksud ? Bermain game dibawah pengawasan keluarga dan kebersamaan dirumah, atau setiap hari menyusuri jalan dengan knalpot bersuara kambing disembelih milikmu yang merusak gendang telinga masyarakat yang kau sebut keren dimasa kini ? Saya sempat berdoa untuk sesama saya yang berada dibelahan bumi sana yang keadaanya jauh lebih bersahabat dengan rudal dan peluru setiap harinya, apa ? negara mana ? bukankah kamu punya waktu untuk mengoceh soal saya ?





  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube