Selasa, 02 Februari 2016

MARI BERMAIN

Posted by Unknown | 09.20 Categories: , ,
Sebuah permainan akan dimulai, dimulai dari pura-pura membuat sebuah negara, tidak lupa beberapa pulau sebagai penghias agar lebih indah saat dimainkan, tak lupa juga buat aturan yang banyak agar permainan lebih teratur, dan tentu dalam permainan ini dibuat banyak pemeran penegak hukum. Dalam permainan ini akan ada banyak golongan yang bebas menentukan tugasnya masing-masing sesuai masalah yang ada dalam permainan.

Baiklah! Aku mau jadi seorang polisi dalam permainan ini.
Oke! Aku mau jadi seorang menteri.
Dan aku presidenya!
Saya jadi penjahatnya ah, biar keren kayak di film dan penuh tantangan!
Kalau saya mau jadi rakyat biasa saja, menikmati dan tinggal demo saja.

Permainan berjalan lancar, negara dalam permainan ini cukup lengkap dan teratur, memiliki banyak lembaga penegak aturan, pemimpin, peran antagonis dan rakyat yang kritis. Uniknya, dalam permainan ini didominasi oleh 3 pemain yang biasa saja mengikuti alur permainan, sisanya 2 pemain yang sangat jenius, atau mungkin bisa dibilang kelewat jenius.

Orang pertama, si Presiden :
Saya ingin jadi pemimpin yang keren di permainan ini, mengatur rakyat dan menaunginya. Tapi tunggu, lama kelamaan kok aku sering dicemooh rakyat sendiri ya? Bukanya seorang presiden adalah orang paling berpengaruh dan dapat mengatur rakyat semaunya? Bahkan aku sering diatur oleh menteriku sendiri, mereka kan hanya membantu aku untuk mengurusi segala urusan sesuai peranku dalam permainan ini, aku makin tidak berdaya.

Orang kedua, si Menteri :
Saya yang membuat permainan ini sejak awal dan lagi saya pula yang mengerti semua watak mereka, hehe mereka takkan menyangka saya hanya berperan sebagai seorang menteri di permainan ini, mereka akan berpikir bahwa Presidenlah yang akan paling berpengaruh dijalanya permainan berlangsung. Sengaja saya tidak memilih peran Presiden agar tidak terlalu mencolok dan dicurigai karena peran yang paling dianggap berpengaruh, dan sayapun akan ketahuan bila memiliki rencana brilian ini. Jika saya sengaja menjadi penjahat dalam permainan ini, tentu permainan akan cepat selesai, sungguh nikmat, menikmati permainan ini sesuai apa yang ada dalam pikiran saya, mereka takan pernah tau. Biarkan saja dulu mereka menikmati peran mereka masing-masing, agar diakhir permainan mereka tau, siapa yang paling mau berpikir selangkah lebih maju. Siapa mengira, cara modern maling masa kini adalah menjadi polisi dan tinggal di pangkalan polisi, tempat paling terakhir atau mungkin tidak akan pernah jadi tempat penggrebekan razia maling dalam permainan ini. Indahnya...

Orang ketiga, si Polisi :
Bodohnya si Menteri hahaha. Dia pikir aku tak mengetahui segala rencana dibalik semua ini, permainan konyol macam ini hanya akan berjalan lancar, iya cukup lancar bila hanya dimainkan anak-anak dibawah usia 7 tahun. Bagaimana bisa dia tertawa puas dalam hati itu, saya bisa mendengar terbahak-bahak dan puasnya hati si Menteri, dan lihat saja nanti. Dia pikir dapat dengan mudah mengakhiri permainan ini sesuai dengan apa yang ada di dalam otak kalengnya itu. Saya cukup paham betul siapa si Menteri sesungguhnya dalam diamku selama ini. Saya sangat beruntung, bisa jadi seorang Polisi bercitra baik dalam permainan ini, saat permainan ini hampir klimaks, saat semua hampir terbongkar aku tak perlu khawatir, karena sang Menterilah yang akan menerima hukuman dan cercaan dari yang lainya, karena takkan pernah seorang Polisi melakukan sesuatu tanpa suruhan Menteri di permainan ini, mudahnya diri ini akan bersembunyi dibalik alibi besar berkat kebodohanya yang aku kagumi selama ini. Haha
Orang keempat, si Rakyat :
Permainan ini sangat seru, menyenangkan, dan aku menikmati sisi rumit dari permainan ini. Aku mulai banyak belajar dan sedikit tau tentang dunia dari permainan ini, hingga aku mulai sadar akan hal meriah yang para peran petinggi dalam permainan ini yang direncanakan. Tapi aku harus bersabar, menunggu dan sabar. Perlihatkan saja siapa aku yang dulu saat permainan baru dimulai, atau sebut saja betapa bodoh diriku hingga mereka terlena akan itu. Mereka cukup jenius, cerdik dan pintar. Mereka begitu lihai dan jago dalam banyak hal, tapi kecerdasan mereka membutakan segalanya melebihi cinta yang diperibahasakan dapat membutakan segalanya, ternyata kecerdasan mereka akan berujung na’as. Melalaikan mereka dalam berbagai hal, mereka terlalu bangga pada peran mereka, yang jelas ini hanya permainan dan kita seharusnya sama-sama tau akan ada ekor permainan. Dan mereka tak sadar, bahwa yang berproses dan banyak belajar akan lebih cepat berkembang dan meraih, daripada diam ditempat dan mempertahankan satu hal yang tak berubah-ubah sama sekali, dan mereka membanggakan itu. Ironi.

Orang kelima, si Penjahat :
Permainan ini, sungguh memuakan. Aku telah bosan dengan kehidupan nyata, dan belajar juga tau akan banyak hal, karena itu aku memilih peran penjahat dan berpikir bahwa hanya disini aku dapat menjadi jahat selagi tau ini semua hanya drama dan berakhir. Tapi ada apa dengan mereka itu, bangga dan tersenyum manis seakan semua ada dalam skenario murahan ala klasik gerilya zaman penjajahan Belanda. Siapa aku ? Tentu orang yang sudah berpengalaman di dunia sebenarnya dan sedikit banyaknya mengetahui apa yang ada di dunia sesungguhnya daripada memukul dada dengan bangga, membanggakan beton mainan dan menginjaknya seolah takkan runtuh, lihat apa ini? Mereka mencoba melawak di hadapanku ataukah memang tak cukup pintar untuk meresapi bagaimana semua hal bergulir disekitar usia mereka yang menua. Saya ikuti saja mau mereka, dan diakhir permainan saya pikir bukan diri sayalah yang pantas saya bawa pergi dan tolong terlebih dahulu, tapi orang yang benar-benar tak banyak belajar dari permainan ini dan dunia nyata. Kutunggu itu.

0 comments:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube